
Kilas Nusa, Mataram – Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki surplus beras sekitar 400 ribu ton per tahun, menjadikannya salah satu penyokong pangan nasional. Meskipun demikian, harga beras, terutama jenis medium dan premium, di pasar masih cukup tinggi, bahkan mencapai Rp14 ribu per kilogram.
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi NTB telah mengambil langkah untuk memantau dan menggelar operasi pasar (OP) di pasar-pasar tradisional guna menekan harga beras di kalangan masyarakat.
Pada tanggal 4 Oktober 2023, TPID melakukan OP di Pasar Pagesangan Mataram. Dalam kesempatan tersebut, hadir berbagai pihak terkait, termasuk Asisten II Setda NTB, Dr. H Fathul Gani, Kepala Dinas Ketahanan Pangan NTB, Abdul Aziz, Kepala Biro Perekonomian Provinsi NTB, H. Wirajaya Kusuma, Kepala Perum Bulog NTB, David Susanto, Deputi Kepala BI NTB, Achmad Fauzi, dan lainnya.
Dr. H Fathul Gani, Asisten II Setda NTB, menyatakan bahwa dengan beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) yang disediakan oleh Bulog dan Badan Pangan Nasional (Bapanas), diharapkan harga beras dapat segera turun. Beras SPHP dengan spesifikasi medium ini dijual dengan harga maksimal Rp10.900 per kilogram.
“Stok beras di lapangan sebenarnya aman, kita memiliki surplus. Namun, kami berharap agar dalam dua hingga tiga minggu ke depan, harga bisa turun, sehingga mekanisme pasar dapat berfungsi. Pada Oktober, kita memiliki 1,38 juta ton Gabah Kering Giling atau setara dengan 900 ribu ton,” ujarnya.
Fokus utama adalah bagaimana mengendalikan keluarnya gabah dari daerah tersebut, dengan mengacu pada peraturan gubernur yang ada tentang pengendalian gabah di NTB. Selain itu, penting untuk menjaga agar harga gabah tetap terkendali, tidak terlalu rendah yang dapat merugikan petani, namun juga tidak terlalu tinggi melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk menghindari merugikan konsumen.
H. Abdul Aziz, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB, menyatakan bahwa secara umum, cadangan pangan di provinsi ini aman saat musim El Nino. Selain beras, beberapa komoditas lainnya tidak mengalami masalah dan harganya cenderung turun karena stoknya yang melimpah, seperti bawang merah, cabai, dan tomat.
Terlepas dari persiapan MotoGP yang akan digelar pada tanggal 13-15 Oktober, Abdul Aziz menegaskan bahwa cadangan pangan di NTB tetap aman. Demikian pula, pasokan bahan pokok strategis lainnya juga tersedia dengan cukup.
“Tidak ada persiapan khusus terkait MotoGP; kami melakukan persiapan seperti biasa. Penting untuk memastikan bahwa cadangan pangan mencukupi, bukan hanya karena MotoGP, tetapi untuk kebutuhan sehari-hari juga,” tambahnya. (*)