
Kilas Nusa, Mataram – Harga bawang merah di pasaran mengalami penurunan, berbeda dengan harga beras yang tengah naik. Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) NTB, Baiq Nelly Yuniarti, mengkonfirmasi penurunan harga tersebut, dengan mengatakan bahwa harga bawang merah di tiga pasar induk NTB telah turun di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET), pada Rabu (25/10/23).
HET untuk bawang merah biasanya berkisar antara Rp 36.500 hingga Rp 41.500 per kilogram. Namun, di tiga pasar induk NTB, menjelang akhir Oktober, harga bawang merah di Pasar Kebon Roek dan Pagesangan mencapai Rp 18 ribu per kilogram, sementara di Pasar Mandalika hanya Rp 14 ribu per kilogram, dengan rata-rata harga sekitar Rp 16.667 per kilogram.
Disdag NTB menduga bahwa melimpahnya hasil panen bawang merah dari petani setempat tidak diimbangi oleh kelancaran dalam pemasaran ke luar daerah. Ini disebabkan oleh rute tol laut distribusi bahan pokok (bapok) dari NTB, yang menyebabkan bawang merah menumpuk di Pulau Jawa. Di sisi lain, kebutuhan bawang merah untuk Pulau Jawa biasanya dipasok oleh para petani dari Kabupaten Brebes, Jawa Timur, yang merupakan sentra penghasil bawang merah terbesar di Indonesia.
Baiq Nelly Yuniarti berharap agar Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dapat meninjau ulang rute tol laut distribusi bapok yang saat ini berjalan dari Tanjung Perak Surabaya, Maluku, NTT, NTB, dan kembali lagi ke Tanjung Perak. Dengan perubahan rute menjadi Tanjung Perak Surabaya, NTB, NTT, Maluku, dan kembali lagi ke Tanjung Perak, diharapkan harga bawang merah di NTB dan Maluku dapat lebih bersaing, karena tidak perlu menunggu pasokan dari Surabaya.
Saat ini, harga bawang merah di NTT dan Maluku lebih tinggi karena keterlambatan pasokan dari Surabaya. Agar hasil panen bawang merah yang melimpah tidak membusuk, para petani, terutama di Kabupaten Bima, telah menyimpannya di gudang Controlled Atmosphere Storage (CAS). Ketika harga stabil, bawang merah tersebut dapat dilempar ke pasar.
Nelly juga mengajak para petani untuk mempelajari jadwal musim tanam di Pulau Jawa, khususnya di Kabupaten Brebes, sehingga dapat menghindari panen bersamaan, yang dapat mempengaruhi harga bawang merah di pasaran. Koordinasi antara Dinas Pertanian Kabupaten/Kota juga dianggap penting untuk mengatur jadwal panen yang lebih efisien. (*)