Simulasi Sidang Blok Efektif Hukum Kesehatan: Kolaborasi FK dan FH UNIZAR untuk Bentuk Dokter yang Melek Hukum
Kilas Nusa, Mataram — Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar (UNIZAR) kembali menghadirkan inovasi pembelajaran yang tidak hanya memperkaya pengetahuan medis, tetapi juga menanamkan kesadaran hukum kepada calon dokter. Pada Selasa (18/11/25), kegiatan Simulasi Sidang Blok Efektif Hukum Kesehatan digelar di Ruang Peradilan Semu UNIZAR mulai pukul 08.00 WITA hingga selesai. Acara ini merupakan kolaborasi antara Fakultas Kedokteran dan Fakultas Hukum UNIZAR yang menghadirkan pengalaman belajar berbeda dari biasanya.
Simulasi ini dipandu langsung oleh Dekan Fakultas Hukum UNIZAR, Dr. Ainuddin, SH., MH yang dikenal sebagai dosen sekaligus praktisi hukum, serta didampingi oleh Khairul Aswadi, SH., MH juga seorang dosen dan praktisi hukum. Kehadiran dr. Sulatun Hidayati, MM dari Fakultas Kedokteran turut memperkuat integrasi ilmu kedokteran dan hukum yang menjadi fokus utama kegiatan ini.
Dalam simulasi persidangan yang mengangkat perkara pidana pemukulan tersebut, mahasiswa menjalankan seluruh peran penting dalam ruang sidang. Bertindak sebagai majelis hakim adalah Hakim Ketua Baiq Ayu Cahya Nadila, serta Hakim Anggota Lely Anggreni dan Asfa Majatul Bainah. Posisi panitera dijalankan oleh Yulistia Adristiana, sementara penuntut umum diperankan oleh Anasassa Fino Masamba, Andi Aulia Berliana, dan Amanda Razita Ghaisani. Dari pihak penasihat hukum hadir Andi Muhammad Momang, Ananda Asyfi Ence Yuliam, dan Aulia Putri Maulani, sedangkan tugas juru sumpah dijalankan oleh Muhammad Syukron dan Ahmad Rizky.
Tidak hanya itu, mahasiswa Fakultas Kedokteran UNIZAR juga berperan aktif sebagai Saksi Ahli, di antaranya sebagai Ahli Forensik dan Ahli Spesialis THT. Melalui peran ini, mereka belajar bagaimana seorang ahli dihadirkan dalam persidangan untuk memberikan keterangan ilmiah yang dapat membantu mengungkap suatu tindak pidana. Kegiatan ini memberikan edukasi langsung kepada mahasiswa tentang cara menyampaikan pendapat keahlian secara profesional, objektif, dan sesuai prosedur hukum.
Sebelum persidangan dimulai, Dr. Ainuddin memberikan pengantar penting mengenai urgensi pemahaman hukum bagi mahasiswa kedokteran. Beliau menegaskan bahwa seorang dokter tidak hanya dituntut untuk menguasai ilmu medis, tetapi juga harus memahami konsekuensi hukum dari setiap tindakan profesional yang dilakukan.
“Simulasi persidangan ini benar-benar harus diperhatikan, karena ini akan membawa dampak kepada semua calon dokter yang nantinya akan berpraktik di masyarakat. Ada dua hal yang selalu saya tekankan—Anda bisa saja digugat perdata atau pidana. Apakah Anda seorang dokter yang pulang dari tempat praktik dengan membawa kepuasan, atau justru harus berhadapan dengan jaksa atau polisi? Oleh karena itu, perhatikan sungguh-sungguh.”
Beliau melanjutkan bahwa mahasiswa akan dihadirkan untuk mensimulasikan skenario yang menuntut mereka berargumentasi secara ilmiah dan hukum.
“Ada isunya, ada regulasinya, ada analisisnya, dan ada kesimpulan. Kalau itu dipahami, insyaAllah argumentasinya bagus. Argumen itu nanti akan diadu dari kedua belah pihak—ada yang memberatkan, ada yang meringankan—dan hakim akan mengevaluasinya. Hakim-hakim ini adalah hakim perempuan yang cerewet luar biasa; mereka akan bertanya detail nanti,” ujarnya disambut tawa mahasiswa.
Ia juga menegaskan peran masing-masing pihak dalam persidangan.
“Penasehat hukum ada di kiri, dan jaksa penuntut umum di kanan ini tidak ada pikiran lain, pokoknya masuk penjara saja. Yang netral itu hanya hakim. Jadi, keadilan itu ada di sini, di hakim.”
Dalam pesan penutupnya, Dr. Ainuddin memberikan nasihat penting bagi para calon dokter:
“Saya minta kepada adik-adik calon dokter, jangan sampai duduk di persidangan seperti ini kalau Anda sudah menjadi dokter—apalagi menjadi terdakwa. Simulasi ini adalah pelajaran besar yang harus kalian bawa sebagai bekal. Datanglah ke persidangan untuk membantu orang lain, bukan untuk diadili.”
Yang membuat kegiatan ini semakin istimewa, Dr. Ainuddin menegaskan bahwa kolaborasi seperti ini adalah satu-satunya di Indonesia.
“Ini satu-satunya pelajaran di seluruh Indonesia yang saya lihat. Tidak pernah ada kombinasi Fakultas Hukum dan Fakultas Kedokteran untuk simulasi persidangan. Satu-satunya di Indonesia ada di UNIZAR,” pungkasnya.
Melalui kegiatan ini, UNIZAR kembali membuktikan komitmennya dalam menghadirkan pembelajaran inovatif yang relevan dengan perkembangan dunia kesehatan modern. Calon dokter tidak hanya diajarkan bagaimana mengobati pasien, tetapi juga bagaimana memahami peran mereka dalam sistem hukum, terutama ketika suatu perkara membutuhkan pendapat ahli untuk mengungkap kebenaran. Sebuah langkah maju untuk mencetak tenaga medis yang profesional, humanis, dan melek hukum.
