Dari UNIZAR untuk Dunia: Sabila Marshakina Tembus Forum Kedokteran Internasional di Kenya
Kilas Nusa, Mataram – Kabar membanggakan kembali datang dari Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar (FK UNIZAR). Salah satu mahasiswi terbaiknya, Sabila Marshakina, berhasil menembus ajang bergengsi 23rd FIMA International Camp for Medical Students 2025 yang digelar di Mombasa, Kenya, pada 2–6 Agustus 2025.
Mahasiswi semester tiga kelahiran Sumbawa Besar, 22 Maret 2006 itu menjadi satu-satunya perwakilan UNIZAR yang lolos sebagai delegasi internasional dalam kegiatan tahunan Federasi Asosiasi Medis Islam Dunia (FIMA). Ajang ini mempertemukan 120 mahasiswa kedokteran dari 15 negara untuk membahas tema “Medicine Through Time: An Islamic Perspective – Past, Present, Future.”
Putri pertama dari pasangan H. Sarip Hidayat, S.Km., M.Ph. dan Tati Hariati, S.Psi. ini dikenal aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Forsik An-Nafi’ FK UNIZAR. Selain akademik, Sabila juga gemar menyanyi dan membaca, dua hal yang semakin memperkuat karakternya sebagai mahasiswa muda yang inspiratif dan berprestasi.
Dalam wawancara pada Rabu (22/10/25), Sabila menceritakan pengalaman tak terlupakannya selama mengikuti kegiatan internasional tersebut.
“Perasaan saya sangat gembira, bersyukur, dan bangga. Terpilih menjadi delegasi UNIZAR di ajang FIMA International Camp adalah sebuah kehormatan besar. Ini kesempatan luar biasa untuk membawa nama baik Fakultas Kedokteran UNIZAR di kancah global,” ujarnya penuh semangat.
Selama lima hari kegiatan, Sabila mengikuti berbagai agenda seperti kuliah tematik, presentasi kepemimpinan, sesi interaktif, hingga kegiatan turisme dan olahraga. Salah satu momen paling berkesan baginya adalah saat berdiskusi tentang relevansi nilai-nilai Islam dalam praktik kedokteran modern.
“Kami membahas bagaimana prinsip Islam seperti rahmah (kasih sayang), amanah (tanggung jawab), dan ’adalah (keadilan) tetap relevan menghadapi tantangan dunia medis masa kini,” jelasnya.
Melalui forum internasional ini, Sabila mengaku mendapatkan banyak pelajaran, baik dari sisi akademik maupun pengembangan diri.
“Yang paling berharga adalah memperkuat ukhuwah di antara mahasiswa Muslim dari berbagai negara. Kegiatan ini mengajarkan pentingnya kerja sama lintas budaya, saling pengertian, dan pertukaran pengalaman di antara mahasiswa kedokteran Muslim dunia,” ungkapnya.
Selain memperluas wawasan medis, ia juga menjalin komunikasi langsung dengan mahasiswa kedokteran dari berbagai negara dan anggota Islamic Medical Associations (IMA).
“Kami bertukar pikiran tentang peran mahasiswa di IMA masing-masing negara. Meskipun latar belakang kami berbeda, semangatnya sama: memajukan dunia medis berbasis nilai-nilai Islam. Itu yang membuat kami merasa satu keluarga,” tuturnya.
Sebagai delegasi muda yang telah mencicipi pengalaman global, Sabila berharap semakin banyak mahasiswa UNIZAR berani melangkah menembus panggung internasional.
“Jangan takut mencoba dan ambil setiap peluang internasional yang ada. FIMA Camp adalah wadah luar biasa untuk mengembangkan potensi dan mengenalkan UNIZAR ke dunia,” pesannya.
Sabila juga berkomitmen untuk menerapkan ilmu dan pengalaman yang ia peroleh di Kenya ke lingkungan kampus.
“Pelajaran terpenting adalah memperkuat kerja sama, kepemimpinan, dan keterampilan organisasi agar Forsik An-Nafi’ semakin solid dan aktif di jaringan organisasi medis Islam global,” pungkasnya.
Dengan semangat, keaktifan, dan prestasi yang ia miliki, Sabila Marshakina menjadi teladan nyata bagi mahasiswa FK UNIZAR untuk terus berani menembus batas dan membawa nama UNIZAR dari Lombok untuk dunia.
