
Kilas Nusa, Mataram – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menghadapi kendala dalam membayar honor 20 tutor yang mengajar di Rumah Bahasa yang dibentuk oleh Zulkieflimansyah-Sitti Rohmi Djalillah selama tiga bulan terakhir. Penyebabnya adalah keterbatasan anggaran daerah.
Lalu Suryadi, yang menjabat sebagai Pelaksana Tugas Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) NTB, mengonfirmasi bahwa masih ada sejumlah pengajar di Rumah Bahasa yang belum menerima pembayaran honor mereka. “Iya, betul,” ujarnya pada Jumat (20/10/2023).
Suryadi mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengajukan Surat Perintah Membayar (SPM) honor untuk puluhan tutor ini ke Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) NTB. Namun, karena situasi dan kondisi keuangan daerah yang terbatas, pembayaran honor tutor belum dapat dicairkan.
Meskipun begitu, pihaknya terus berkoordinasi dengan BPKAD NTB agar pembayaran honor tutor ini menjadi prioritas. “Kami sedang berkoordinasi dengan BPKAD karena sangat penting untuk tidak membiarkan guru-guru tersebut tidak dibayar,” ujarnya.
Suryadi menjelaskan bahwa alokasi anggaran untuk honor tutor di Rumah Bahasa berasal dari anggaran Beasiswa NTB. Program Beasiswa NTB mencakup biaya pelatihan dan gaji tutor, yang merupakan bagian dari paket program tersebut.
Proses pembayaran honor tutor di Rumah Bahasa dilakukan setiap tiga bulan sekali. Meskipun Suryadi tidak dapat memberikan detail berapa jumlah dana yang telah dialokasikan untuk membayar puluhan tutor tersebut, ia menegaskan bahwa proses ini sedang diurus oleh pihak berwenang.
Kepala Sub Bidang Peningkatan Kapasitas Sumber Daya dan Ilmu Pengetahuan Teknologi BRIDA NTB, Sri Hastuti Novila A.S, juga mengakui bahwa masih ada keterlambatan dalam pembayaran honor tutor di Rumah Bahasa. Ia menjelaskan bahwa program Rumah Bahasa telah berlangsung sejak akhir Juni dan baru selesai pada Agustus 2023.
Pemberian honor kepada tutor di Rumah Bahasa hanya dapat dilakukan setelah program selesai, setelah melalui proses administrasi, termasuk pembuatan Surat Keputusan (SK) tutor dan penganggaran gaji. Proses administrasi ini memerlukan waktu dan telah mencapai tahap pemberian SPM ke BPKAD.
Tuti menyebutkan bahwa besaran honor yang diterima oleh setiap tutor berbeda-beda dan dihitung berdasarkan jumlah jam mengajar per bulan. Sebagai contoh, dalam satu pertemuan, tutor biasanya mendapatkan honor sekitar Rp 150.000 hingga Rp 200.000. Dengan begitu, jika seorang tutor memiliki 10 pertemuan, honor yang diterima akan mencapai Rp 1,5 juta.
Rumah Bahasa memiliki beberapa jenis kelas, seperti Toefl, IELTS, dan General English, dengan jumlah peserta bervariasi. Tertinggi adalah sekitar 200 peserta untuk kelas Toefl dan 40 hingga 60 peserta untuk kelas IELTS. Hingga tahun ini, lebih dari 300 peserta telah mengikuti kelas di Rumah Bahasa.
Total tunggakan honor tutor di Rumah Bahasa diperkirakan mencapai Rp 150 juta, dan harapannya adalah agar honor ini dapat dicairkan pada bulan Oktober. Pihaknya telah menyerahkan SPM honor tutor ini kepada BPKAD sejak Agustus 2023. (*)