
Kilas Nusa, Jakarta – Dalam era digital yang gejolak, perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi membuka pintu bagi pergerakan dan kolaborasi yang cepat dalam skala yang luas. Waktu dan jarak tidak lagi menjadi hambatan dalam ruang virtual yang sangat interaktif. Oleh karena itu, pemanfaatan teknologi digital menjadi kunci untuk memajukan dunia sastra.
Manneke Budiman, seorang akademisi dari Universitas Indonesia, menyatakan bahwa jika sastra tidak memanfaatkan teknologi digital secara kreatif, maka sastra akan terpinggirkan dan bahkan mungkin akan menghadapi kepunahan. Hal ini diungkapkan dalam Seminar Antarbangsa Kesusatraan Asia Tenggara (SAKAT) yang digelar pada Rabu (20/9) di Jakarta dengan tema “Menduniakan Mastera dan Karya Sastra Mastera.”
Budiman juga mengungkapkan bahwa pengarang-pengarang dari Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) saat ini cenderung bekerja sendiri-sendiri tanpa memiliki jaringan internasional yang efektif di kawasan Asia Tenggara. Namun, ia meyakini bahwa Mastera memiliki potensi untuk menjadi pemimpin dalam integrasi budaya regional dengan memanfaatkan teknologi digital.
“Saat ini, tantangan terbesar adalah apakah sastra dapat menjadi basis integrasi budaya di Asia Tenggara melalui kolaborasi dan jaringan antara pengarang dan pembaca,” kata Budiman. “Diperlukan platform bersama yang menyediakan berbagai fitur untuk membangun kolaborasi ini dan membuka pintu menuju pemasaran dan monetisasi karya sastra.”
Budiman menekankan bahwa ruang digital menuntut cara baru dalam berkarya yang tidak lagi dilakukan secara individu. Kolaborasi dan jaringan menjadi kunci penting. Ia juga menyoroti peran platform digital global dalam menyediakan ekosistem bagi pengarang, pembaca, penerbit, sutradara, dan aktor lainnya untuk berinteraksi dan berkolaborasi.
“Platform Digital Sastra Mastera ini tidak akan menggantikan pertemuan tahunan pengarang Mastera, tetapi akan mengubah format dan substansi pertemuan tersebut. Platform ini lebih efisien, mencakup lebih banyak orang, dan berkelanjutan dalam jangka panjang,” jelasnya. Ia berharap platform ini akan membuka pintu akses global bagi karya-karya pengarang Asia Tenggara dalam rangka memajukan sastra kawasan ini.
E. Aminudin Aziz, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) yang juga Ketua Mastera Indonesia, menegaskan pentingnya kolaborasi dalam membangun ekosistem digital bagi Mastera. Ia menyatakan bahwa kolaborasi adalah nilai yang esensial dalam mengembangkan sastra di era digital saat ini.
“Dalam upaya memajukan Mastera dan karyanya, strategi termasuk mempromosikan kegiatan Mastera oleh negara anggota, menjalin kerja sama dengan lembaga internasional, dan meningkatkan akses serta distribusi karya sastra Mastera,” ungkap Kepala Badan Bahasa.
Dalam rangka mendukung aspek universalitas sastra, di mana sastra dapat diterima oleh semua orang tanpa memandang budaya, ras, jenis kelamin, dan waktu, pendekatan digital menjadi salah satu solusi yang memungkinkan pemajanan dan keterjangkauan sastra di masyarakat lokal, nasional, dan internasional. (*)